Rabu, 17 November 2010

Tugas Pemuda Membangun Kemandirian Bangsa

Media Indonesia - Opini (27/10/2001 00:55 WIB)

Oleh Yuddy Chrisnandi

Dosen Universitas Nasional

ANDAI saja kita tidak pernah memiliki orang-orang muda seperti Moh Yamin, Soekarno, Hatta, Tjiptomangunkusumo, Syahrir, Tjokroaminoto, Suwardi Surjaningrat, Agus Salim, dan lainnya, mungkin Bangsa Indonesia hanya tinggal nama. Mereka mengawali perjuangan menuju kemerdekaan sejak masih belia. Pemuda Soetomo, tahun 1908 mendirikan Boedi Oetomo, sebagai cikal bakal pergerakan nasional yang bertujuan memerdekakan Indonesia, melalui kesetaraan pendidikan kaum pribumi. Pemuda Tjipto Mangunkusumo, di usianya sekitar 20-an mendirikan Syarikat Islam, memimpin dan menngembangkannya hingga mampu menumbuhkan harga diri rakyat untuk tidak tergantung pada penjajah. Pemuda Tjokroaminoto, Suwardi Surjaningrat, dan Dowes Deker, di masa belia, mendirikan Indische Partij, yang menginginkan Indonesia merdeka. Pemuda Soekarno, di usia 27, mendeklarasikan berdirinya Partai Nasional Indonesia. Begitupun yang dilakukan pemuda Syahrir dan Hatta dari negeri Belanda, berteriak lantang menentang penjajahan.

Kini, 73 tahun kemudian, setelah para pemuda mengucapkan Sumpah Pemuda, getaran dan makna persatuan bukan bertambah kukuh, lambat laun semakin pudar. Satu demi satu bahaya runtuhnya persatuan datang. Munculnya Gerakan Aceh Merdeka, yang telah menelan nyawa putra-putri bangsa yang tidak berdosa, belum dapat terselesaikan. Tuntutan Papua Merdeka di Irian Jaya, belum disikapi dengan kesungguhan. Begitupun pertikaian antaragama di Kepulauan Maluku yang memporakporandakan tatanan sosial, moral, dan material, hingga kini belum kunjung usai. Juga berbagai tuntutan otonomi daerah, kesenjangan antarwilayah, ketimpangan pembangunan ekonomi, dan persoalan hidup yang berat dari rakyat kita saat ini di berbagai wilayah, semakin mengemuka. Hal itu, bila tidak ditangani dengan hati-hati, akan menjadi loophole yang menganga dan mengancam kesinambungan integrasi bangsa.

Makna kedaulatan
Sebagai bangsa yang berdaulat, kita tidak ingin negara asing seperti Amerika, dengan sekehendaknya dapat mengatur persoalan dalam negeri kita. Ancaman demi ancaman politis dari kekuatan asing dijadikan modus untuk menakuti bangsa kita dalam mengambil setiap keputusan. Bahkan untuk berutang saja kita harus memenuhi sejumlah syarat layaknya budak berlutut kepada tuannya. Dan, masih terlalu banyak fakta yang dapat dibuktikan, betapa bangsa kita sudah tidak lagi diperhitungkan sebagai bangsa besar yang berdaulat. Dengan berat hati kita korbankan kemandirian kita untuk menerima kemauan asing terhadap persoalan bangsa ini. Dengan berat hati pula kita tidak dapat menyuarakan solidaritas kebangsaan bagi bangsa lain yang teraniaya seperti Palestina. Dengan kesedihan, kita tidak dapat berbuat banyak untuk menghentikan agresi asing di bumi Afghanistan. Betapa tragisnya nasib bangsa yang berdaulat seperti ini. Telah hilangkah seluruh martabat dan kehormatan yang kita miliki?

Perenungan perjalanan sejarah kebangsaan Indonesia pada saat ini, akan sangat berarti. Rakyat kita mendambakan munculnya Soekarno-Soekarno dan Hatta-Hatta baru. Yang gagah berani, cendekia, mandiri, berprinsip, dan berwawasan jauh ke depan memikirkan kepentingan bangsanya. Pemuda-pemuda yang diharapkan adalah mereka yang memahami apa yang dibutuhkan rakyatnya hari ini dan esok. Rakyat tidak saja butuh demokrasi, namun butuh sandang dan pangan yang cukup. Butuh pendidikan dan sarana kesehatan yang memadai. Butuh keamanan dan ketenteraman yang damai. Rakyat berharap untuk dapat bekerja dan hidup layak. Rakyat tidak butuh retorika politik yang tidak memperbaiki keadaan, juga tidak menghendaki anarkisme yang mengatasnamakan demokrasi. Rakyat pun tidak butuh berbagai polemik yang tidak berujung bukti. Rakyat butuh kepastian dan keadilan hukum, bukan politisasi hukum. Rakyat ingin segera merasakan kesejahteraan, kemakmuran, dan keadilan setelah sekian lama berjalan di alam kemerdekaan.

Tanggung jawab pemuda
Sudah menjadi tanggung jawab generasi muda, sebagai anak zaman, untuk terus berjuang dari masa ke masa guna memperbaiki bangsanya. Merekatkan kembali persatuan yang retak. Pemuda dituntut untuk memikirkan nasib bangsa hari ini dan selanjutnya. Idealis, responsif, kritis merupakan karakter yang harus dimiliki pemuda, dengan tetap menjunjung etika dan moral. Pemuda harus terus memperjuangkan amanat penderitaan rakyat dan terus mendorong demokrasi, yang jauh dari berbagai bentuk tindakan anarkistis dan akan merugikan kehormatan perjuangan itu sendiri. Wacana pengetahuan dan kemampuan yang memadai begitu diperlukan oleh generasi muda agar dapat melaksanakan tugas-tugas kebangsaannya. Jiwa patriotisme dan semangat nasionalisme mutlak harus dimiliki pemuda agar tidak kehilangan jati dirinya sebagai anak bangsa yang senantiasa menjaga kehormatan-kedaulatan bangsa. Untuk itu pemuda perlu membekali diri dengan ilmu pengetahuan dan pendidikan yang tinggi, agar berilmu dan berakhlak mulia. Pada tempatnyalah para pemuda bangsa saat ini bercermin kepada para pemuda tempo dulu yang begitu gigih tanpa pamrih dalam berjuang, cerdas dalam berkarya, dan berwawasan jauh ke depan.

Kemandirian adalah kata kunci yang harus ditanamkan pada pemuda. Kesadaran kolektif atas kemandirian akan menimbulkan rasa percaya diri untuk menempatkan pentingnya kehormatan dan martabat bangsa yang berdaulat, di tengah pergaulan antarbangsa dunia. Hanya bangsa yang mandirilah yang akan dihargai dan memiliki tempat terhormat di mata masyarakat dunia. Kemandirian suatau bangsa akan sangat ditentukan seberapa besar seluruh komponen bangsa itu, terutama pemudanya, menghargai dan bangga akan tanah airnya. Hal itu akan mendorong masyarakat suatu bangsa, melalui kepeloporan kaum muda, untuk berbuat kebajikan kolektif.
Itulah tujuan dari kemandirian suatu bangsa, yang tentunya memiliki sejumlah syarat yang harus dipenuhi. Untuk mencapai itu semua, para nakhoda muda bangsa perlu dipersiapkan penuh kesadaran guna menyempurnakan kehidupan bangsa dengan mengembangkan potensi menjadi kekuatan nyata. Mengingat masa depan bangsa ada di tangan para pemuda, tibalah saatnya untuk mengembalikan kehormatan dan kedaulatan bangsa dengan membangun kemandirian bangsa. Jiwa seorang patriot dan semangat nasionalisme harus melekat dalam sanubari pemuda. Dengan itulah kita memiliki rasa percaya diri mencapai keberhasilan. Setidaknya prinsip-prinsip dasar terutama integritas moral, akhlak yang mulia, berjiwa patriot, sadar pentingnya ilmu pengetahuan-teknologi, memiliki kepekaan-solidaritas sosial tinggi dan inovatif-kreatif mengembangkan gagasan pemikiran karyanya, perlu dimiliki pemuda untuk tampil sebagai motor penggerak bangsa.
Dengan atribut kepeloporan seperti itu dipastikan kita mampu mengembalikan kehormatan dan martabat bangsa yang hampir sirna. Selamat datang para pemuda, perbuatanmu akan dikenang sepanjang zaman. Karya-karyamu akan dibaca sepanjang masa dan engkaulah kebanggaan bangsa di hari esok.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar